Friday, June 15, 2007

Merumpi Dengan Mig33

by A. Junaidy



“Online?”

Secarik pesan singkat muncul di ponsel Aji saat kami sedang makan malam di warung.
“Dari cewekku,” kata Aji. “Sekarang dia kalau SMS cuma tanya online atau ga, sejak kita kenal Mig33?” tambahnya.

Mig33? Apaan tuh? Mig33 adalah sebuah software aplikasi chat client berbasis Java untuk ponsel yang sudah mengakses internet lewat GPRS. Beberapa waktu lalu, Usman, anak kosku mengenalkan Mig33. Usman bilang kalau dia sedang chat. Aku pikir dia chat pakai SMS seperti yang diiklankan di TV, Chat ‘n Date dan sejenisnya. Kuat juga pulsa ini bocah pikirku. Ternyata dia ga pakai jenis chat macam itu.

“Aku pakai software yang namanya Mig33,” katanya waktu itu.

“Hah? Apaan tuh?”

“Ini lho, kita chat pakai jaringan GPRS, jadi ga pakai SMS seperti yang mahal itu.”
Usman menjelaskan kalau mau chat pakai Mig33 itu, ponsel mesti sudah punya fitur GPRS dan sudah tersambung dengan internet lewat GPRS. Usman menggunakan Indosat M3. Alasannya lebih murah daripada operator yang lain. Lagi pula, bandwidth Indosat lebih lebar daripada operator lain seperti XL atau Telkomsel. Pada keadaan normal bandwidth yang besar juga berpengaruh pada stabilitas koneksi internet.

“Kita juga mesti download dulu software nya ke ponsel kita,” jelas Usman lagi. Dengan lincah jempolnya mengetik alamat di ponsel. “Kita masukkan http://wap.mig33.com “ celoteh Usman sambil matanya tidak berpaling dari layar ponsel. Masuk ke situs WAP Mig33 dan Usman mendownload Mig33. Di situs ini ada juga Mig33 versi beta yang dilengkapi fitur tambahan tapi versi itu tidak bisa berjalan di ponselnya yang spesifikasinya pas-pasan.

Usman pakai Nokia, serinya aku ga tahu. Kata Usman, ponselnya berbasis Java dan spesifikasi GPRS kelas 4. GPRS kelas ini terbilang lambat untuk zaman sekarang yang sudah menginjak era 4G. Semakin tinggi kelasnya, semakin baik kecepatan transfer datanya. Nokia 6600 contohnya yang punya sistem operasi Symbian 7 dan GPRS kelas 10. Ada juga Nokia seri 3230 yang sudah kelasnya sudah di atas GPRS kelas 10 dengan memakai EDGE. Seri lain Nokia (jadi promosi Nokia nih) N73 yang sistem operasinya Symbian 9 dengan level 3G, yang kecepatannya bisa lebih ngebut daripada GPRS biasa. Ponsel seri lainnya ada juga yang sudah 3G seperti Sony Ericsson atau Motorola seri terbaru.

Aplikasi Mig33 biasa ukurannya hanya sekitar 70 kb. Versi betanya sekitar 90 kb. Usman mendownload yang versi biasa. Jika untuk setiap 1 kb data yang didownload harus bayar Rp 1 (tarif Indosat) maka untuk 70 kb data berarti kita kena charge Rp 70. Cukup terjangkau. Kalau pakai operator lain, tinggal kalikan saja dengan tarif yang berlaku di setiap operator ponsel.

“Hanya ponsel tertentu saja yang bisa pakai versi beta, ponsel yang sudah Symbian di atas 7 dan GPRS kelas lebih dari 7,” kata Usman. “Nah ini tinggal install setelah download nya beres.”

Mig 33 sudah terinstall dan siap dijalankan untuk pertama kalinya. Di awal menunya, ada pilihan jenis koneksi apa yang akan kita gunakan untuk aplikasi ini. Ada 3 jenis, TCP/IP, HTTP atau tentukan sendiri setting nya secara manual. Dari beberapa kali percobaan, setting TCP/IP saja yang dipilih karena aku rasa cukup optimum. Pada ponsel tertentu, memilih HTTP bisa menyebabkan munculnya dialog konfirmasi berulang kali yang cukup mengganggu saat proses chatting berlangsung. Setelah memilih jenis koneksi, kita masuk ke menu awal. Ada pilihan registrasi, login, password recovery. Registrasi untuk Mig 33 sangat mudah, sama halnya kita membuat account situs email, malah lebih mudah karena kita hanya perlu memasukkan ID, password dan nomer ponsel untuk konfirmasi lewat SMS. Aktivasi bisa kita lakukan setelah menerima SMS yang berisi user ID, password dan code key untuk aktivasi (sebaiknya jangan dihapus). Dan cukup sesederhana itu.

Mig33 selain sebagai mobile instant messenger yang berdiri sendiri juga merupakan kombinasi dan terintegrasi pada beberapa instant messenger populer di dunia maya seperti Yahoo Messenger, MSN Messenger dan AOL. Ini berarti selain kita bisa online di mig33 chat room, kita juga bisa online di Yahoo Messenger (dan chat dengan rekan kita di YM) walaupun kita menggunakan ponsel. Sebenarnya ada beberapa mobile instant messenger lain yang bisa digunakan selain Mig33. Ada Hibaru, Lola Messenger, Yahoo Go, Agile, dan sebagainya dengan segala macam kelebihan dan kekurangannya. Untuk saat ini kami masih menggunakan Mig33 karena aplikasi ini bisa berjalan di berbagai jenis ponsel di kos yang terbilang masih ecek-ecek.

Demam Mig33 melanda kos. Dalam seminggu ini, kami rajin menyambangi dunia cyber lewat ponsel. Dengan getok tular, informasi ini cepat menyebar. Chat dengan kawan atau pacar ga perlu lewat SMS lagi yang mahal. Kalau ngobrol lewat SMS sekarang minimal 5 kali SMS, atau Rp 1.750 (kalau 1 sms = Rp 350). Sedangkan kalau pakai Mig33, kita cuma perlu SMS kasih kabar kalau kita mau online, “Hey, online yuk d Mig33”...ini 350 perak. Buat chat di Mig33 sendiri paling banter cuma kena 500 perak buat 1 jam chat dengan jempol tangan yang bergerak dengan hiperaktif mengetik tombol ponsel. Jadi totalnya 350 + 500 = 850 perak. Ini setengahnya dari 5 kali SMS. Belum lagi tampilan Mig33 yang cukup friendly karena mirip dengan messenger populer. Aku juga belum terlalu familiar dengan fitur-fitur messenger ini karena baru seminggu ini mencoba. Kalaupun ada hal yang mengganggu dari Mig33 yaitu masalah di chat room yang sering banning atau kicking cuma buat main-main. Belum lagi masalah flooding text yang bikin ponsel dengan GPRS kelas sudra jadi lelet. Usman juga bilang ada bug di Mig33 yang bikin pengguna ga bisa bergabung di satu room tapi aku belum pernah mengalami untuk hal yang satu ini selain gara-gara jaringan ponsel yang memang sedang ngadat.

Sore tadi Edy chat mulai dari jam 6:15 PM sampai hampir jam 12 malam cuma kena 600 perak. Padahal dia chat sama ceweknya dan teman kos yang lagi mudik di Klaten seperti Catur dan Arta. Aji chat dengan Rima, ceweknya. Tadi siang aku kampanye soal ini sewaktu pertemuan dan semalam aku invite teman-temanku yang akrab dengan dunia cyber. Belum lagi teman kos lainnya yang juga berkampanye untuk pemakaian Mig33 sebagai pengganti SMS chat. Kemarin Usman juga sudah buat chat room yang diberi nama kos kami, Roso Tunggal. Semakin banyak saja pengguna Mig33 di sini. Suasananya mirip seperti dulu aku mengalami masa kesengsem dengan mIRC atau chat lewat Yahoo Messenger. Tapi sekarang zamannya mobile, ga perlu terpaku duduk di depan komputer. Bisa sambil jalan-jalan atau sedang sambil menunggui ibu belanja di pasar. Asal ada pulsa secukupnya, jaringan GPRS dan ponsel yang mendukung sih jalan ayo saja.


Walaupun sekarang laptop merajalela dengan wireless technology nya tapi masih belum se-mobile ponsel yang bisa ditenteng ke mana-mana. Kelak nanti laptop hanya seukuran Nokia kelas Communicator saja. Bisa jadi. Untuk setting GPRS coba lihat di situs operator masing-masing. Biasanya dianjurkan untuk setting melalui over the air (OTA) biar kita ga terlalu repot. Untuk instruksi lebih lanjut soal Mig33 bisa dilihat di http://www.mig33.com atau http://www.wap.mig33.com jika anda mengunjunginya dari ponsel anda. Sayangnya, belum semua ponsel kompatibel dengan Mig33 atau ada setting lanjutan yang belum aku tahu. Kabari jika sudah online dengan Mig33. User ID ku Mig33 “jonedot”, FYI.

Wiamp is playing Hadad Alwi - Zhoofir Yabnaa Batoul

Wednesday, May 23, 2007

Friendship Lasts Forever

by A. Junaidy

though phone calls seemed never,
any rare contact I still prefer.
because I believe friendship lasts forever.

Monday, May 07, 2007

Dari Ngasem ke Taman Sari

by A. Junaidy

Aku di Jogja sudah menetap hampir selama 5 tahun. Sudah cukup terbiasa dengan apa saja yang ada di Jogja. Meski begitu, aku bukan jenis orang yang suka "mengukur jalan" alias jalan-jalan. Dus, kalau anda bertanya tempat mana saja yang sudah pernah aku jelajahi, jawabannya ga banyak. Kalau sekadar keluar ke arah Malioboro tentunya sudah. Setiap orang tuaku datang selalu mengantar ke Pasar Beringharjo. Pernah putar-putar cari kantor PMI di Kotagede atau menemani Danila yang baru diputusin ceweknya di Alun - Alun Kidul sampai jam 3 pagi. Jalur-jalur standar sudah pernah dilewati. Ada juga yang belum.

Selama di Jogja, aku belum pernah mampir ke Candi Prambanan padahal setiap pulang ke rumah selalu melewati kompleks candi ini. Atau jalan ke Kraton, atau di sudut-sudut jalan benteng Kraton. Terakhir ke Borobudur tahun 1990, sepulang dari Jakarta. Belum pernah ke Imogiri, makam para raja Mataram. Festival Sekaten pun juga terlewatkan kemarin. Di penghujung tahun kelima ku ini rasanya ingin kujelajahi semua tempat di Jogja. What the heck have I been doing for the past 5 years then?

Minggu kemarin (1/4 ‘07), Aziz mengajak beli makanan ikan di Ngasem, sebuah tempat bagi para penggemar berbagai jenis peliharaan. Mulai dari jenis burung-burungan sampai anjing. Kalau cuma lewat Ngasem sih aku pernah tapi belum pernah masuk sampai ke dalamnya. Terus terang aku kehilangan orientasi arah sebelum sampai di Ngasem. Semenjak masuk gerbang benteng bagian timur, aku kebingungan mana arah utara-selatan-barat-timur. Aziz sih sudah ga terlalu bingung. Ini gara-gara Aziz yang sudah terbiasa mondar-mandir ke Ngasem jadi dia sudah hapal jalan seperti garis telapak tangannya. Melewati alun - alun utara, masih ada pedagang yang berjualan sehabis festival Sekaten yang kemarin berakhir. Sisanya beres-beres barang dagangan dan stannya. Tahun ini, festival sekaten harus berurusan dengan hujan di penghujung acaranya dan Kedaulatan Rakyat menulis target keuntungan ga tercapai.

Sampai di Ngasem, kami menuju ke tempat pedagang ikan hias. Aziz beli sekantong ikan kecil buat pakan ikan peliharaannya yang berjenis predator. Harganya 2000 perak. Setelah itu mampir ke penjual ikan hias yang lain, bertanya jenis baru apa saja yang tersedia. Sepanjang pinggiran jalan di Ngasem ada beberapa jenis penjual, di bagian itu ada yang jual ikan, ada yang jual binatang pengerat sejenis marmut dan sebagainya, ada juga yang berjualan anjing atau kucing yang masih kecil dan imut.

"Anjingnya lucu ya Ziz, cuma najisnya itu...," kataku.

"Aku paling takut sama yang namanya anjing. Sewaktu kecil aku sering dikejar anjing, hiiih..." tukas Aziz.

"Kalau kita ga repot sama najisnya aku sih mau miara mereka."

"Aku emoh," jawab Aziz menegaskan ketidakmauannya akan anjing.

Mampir di beberapa kios penjual ikan, ada beberapa jenis ikan yang dulu pernah aku piara di akuarium rumah. Manfish, alligator (ikan yang moncongnya lancip dan selalu menjadikan ikan lebih kecil sebagai menu makan), oscar, cupang, ikan neon, sapu, arwana. Pernah juga miara kura-kura, sayang kura-kura itu akhirnya dilepas gara-gara rumah di Mrican sering disamperin ular yang berteman baik dengan kura-kura itu.

Cerita kura-kura peliharaanku. Kura-kura ini ditemukan ga sengaja sama tukang kebun dan ditaruh di rumah. Kami yang masih kecil senang saja ada kura-kura yang bisa dipiara. Kura-kura ditaruh di kolam kecil, diisi air secukupnya. Setiap hari diberi makan daun bayam atau kangkung. Mereka vegetarian kan? Cuma semenjak itu kura-kura jadi piaraan kami, sering ular-ular berseliweran di halaman rumah, baik depan atau belakang. Kalau ularnya cuma ular tanah biasa sih ga terlalu khawatir, soalnya rumah kami dekat dengan Kali Brantas. Tapi ularnya yang sering main ke rumah itu sejenis dengan kobra, kalau ngambeg menegakkan dan mengembangkan badannya. Siapa yang ga khawatir coba?

Pernah suatu ketika si kura-kura raib dari kolamnya. Semua ditanya, siapa yang memindahkan kura-kuranya, ga ada yang jawab. Sehari berselang, dua hari berselang. Hari ketiga si kura-kura ditemukan di pojok belakang rumah. Agus, tukang kebun yang menemukan, menjelaskan dengan bahasa isyarat (maklum, si Agus orangnya bisu dari lahir) kalau si kura-kura ditemukan bersama ular. Ularnya dalam posisi merangkul kura-kura. Nah loh...khawatirlah kami. Walaupun kami ga percaya dengan klenik-klenik seperti itu, pertemanan kura-kura dan golongan ular (yang notabene sama-sama dari golongan reptil) bisa bikin rumah terancam. Daripada nanti ada akibat yang ga diinginkan, akhirnya diambil keputusan si kura-kura dilepas ke Kali Brantas lagi untuk melanjutkan pertemanannya di alam bebas. Sewaktu melepas si kura-kura, adik-adikku bilang, "Nanti kalau kamu ga betah di sana dan pengen balik ke sini (rumah), balik aja. Kita seneng-seneng aja kamu di rumah". Ck cK ck...dan ternyata si kura-kura lebih suka main di Kali Brantas dan memilih untuk ga balik ke rumah kami. Anehnya, sejak kura-kura balik ke habitatnya, ular-ular sangat jarang berseliweran di rumah. Sukurlah...

Aziz berbicara dengan penjual di kios langganannya. Dia bertanya ikan jenis baru apa saja yang ready stock.

"Ikan jenis baru sudah ga ada, habis diborong orang yang pesan," kata penjual. "Bagaimana sama jenis yang itu, oscar atau yang kecil-kecil itu?" tawar pedagang.

"Kalau yang itu aku sudah ada, yang lainnya dong. Masak ga ada sih yang baru?" tanya Aziz.

"Yang jenis-jenis baru sudah habis dibeli orang. Lagian kalau mau jenis itu mesti pesen dulu. Kalau pun ada di sini biasanya langsung ada yang beli, ga bakalan nginep di akuarium sini lebih dari sehari."

Aku tanya sama penjual, "Kiriman ikan baru biasanya dari mana mas?"

"Bogor, Sukabumi atau daerah Jawa Barat sana. Di sana kan ada banyak peternakan ikan," jelasnya.

Aku cukup tahu kalau daerah Bogor sana memang ada banyak peternakan ikan, mulai dari ikan untuk dikonsumsi sampai ikan hias. Pakdeku pernah mengajak ke daerah dekat IPB Darmaga, lihat peternakan ikan patin. Ternyat ga cuma patin yang dipiara di sana. Ada ikan mulai lele, mujahir, nila dan macam-macam. Maklum saja di sana ada banyak peternakan ikan, di sana tanahnya luas, air juga cukup bagus, dekat IPB lagi yang sekaligus bisa jadi tempat praktik kuliah. Ternyata jaringan penjual ikan di Jogja ini sampai ke sana juga.

"Ziz, kalau jalan ini ke belakang tembusnya ke mana?" tanyaku saat melihat ada jalan masuk ke selatan.

"Itu jalan masuk ke arah pasar burungnya, kalau mau terus ke belakang bisa sampai Taman Sari."

"Oh ya? Taman Sari dekat ga? Aku belum pernah ke sana."

"Kamu mau ke sana? Lewat jalan pasar saja, aku sebenarnya sih lupa-lupa ingat. Terakhir aku ke Taman Sari lewat jalan itu sudah lama. Pas aku lagi hunting foto sama Pak E (Edial Rusli)."
Aku mengangguk setuju.

Kami berjalan lewat jalan pasar burung Ngasem ke arah selatan. Sepanjang jalan terlihat beberapa jenis unggas, mulai dari jenis yang kecil seperti burung ocehan sampai jenis ayam. Terlihat beberapa burung yang pernah dipelihara bapakku. Kami pernah piara burung perkutut, puter, derkuku, beo, merpati. Penah pula kami piara ayam yang eksotis, ayam hutan dan ayam bekisar (silangan ayam hutan + ayam kampung), begitu juga ayam kapas. Lewat jalan itu seperti reuni dengan masa lalu di Tulungagung sampai Kediri.

Sampai ujung belakang pasar, kami melewati sebuah gapura besar, yang jadi penanda kami sudah memasuki kompleks luar Taman Sari. Di bagian itu, bangunannya tak terawat dimakan usia. Terdengar suara sepasang anak muda cekikikan di sudut tembok. Begitulah orang pacaran, ga perlu pertimbangan tempat yang lebih pantas lagi. Dunia cuma milik berdua, yang lain jadi pengungsi.

Bayanganku tentang kompleks Taman Sari di bagian itu berbeda jauh dengan kenyataan. Aku pikir kompleksnya teratur, rapi, dan bersih. Ternyata di bagian itu sudah menyatu dengan kompleks pemukiman penduduk jero benteng (dalam benteng). Bahkan Aziz pun sempat kebingungan ke mana arah Taman Sari lewat sana. Kami sempat bolak-balik seperti orang hilang, aku pada waktu itu percaya dengan pengatahuan Aziz. Tapi setelah lama juga putar-putar di perkampungan situ ga keluar pusing juga akhirnya. Sampai kami melihat 2 orang turis lokal plus seorang guide melalui lorong bawah tanah dan kami pun mengikuti mereka. Unik juga jalur yang mesti dilewati untuk ke Taman Sari dari Ngasem. Lorong bawah tanah kira-kira sepanjang 60 meter. Sampai di ujungnya kami berjalan menyusuri kompleks utama Taman Sari. Benar-benar dipadati dengan pemukiman penduduk. Jalan dari Ngasem menuju Taman Sari mirip labirin. Kecuali baca peta yang baik atau dengan bantuan alat GPS, buat pengunjung yang baru pertama kali lewat jalan kecil di sana cuma bisa putar-putar ga tentu arah.

Kami tiba juga di Taman Sari. Sudah jam 4 sore dan gerimis baru saja mengguyur daerah ini. Taman Sari ternyata sudah tutup. Agak kecewa juga dan kami pun balik badan pulang. Jalan yang kami ambil selanjutnya bukan jalan seperti di awal tadi. Kami ambil jalan yang lain dan sialnya jalannya tambah rumit. Sudah ga tahu arah tambah pula dengan jalan yang tambah belibet. Kami tanya sini tanya sana. Seorang guide yang kami tanya menunjukkan jalan ke arah Ngasem lagi, kebetulan dia juga mengarah ke sana. Sepanjang jalan dia cerita kalau ada pernah "orang hilang" (tersesat) di kompleks pemukiman itu. Seharian putar-putar ga tentu arah.

"Coba kalau dia mau pakai jasa guide, mungkin ga perlu sampai kaya gitu," kata guide.

"Lha situ sendiri orang asli sini (Ngasem)?" tanyaku.

"Iya. Saya sudah hapal jalan sini. Coba tadi kalau masnya ikut rombongan saya, ga bakalan bingung dan ga muter-muter di kampung sana," tambah si guide.

Hmmm...ternyata dia tadi memperhatikan kami yang kebingungan arah. Aku sadar juga sih kami terlalu sok tahu daerah itu.

Bahkan selama kami bingung di sana Aziz sempat bilang, "Si Haryo yang rumahnya dekat Ngasem saja ga tau jalan sini. Kalau Pak E cukup sering main ke sini jadi ga bingung."

Lewat jalan kecil akhirnya kami sampai juga di Ngasem.

"Nah, kita sudah sampai Mas. Sudah tahu kan sana Ngasem?" tanya guide.

"Ternyata tembusnya di sini toh," gumam Aziz.

"Ya sudah ya, saya mau balik dulu," kata guide.

"Matur nuwun," kataku dan Aziz bebarengan.

Aku dan Aziz tersenyum lega. Bisa juga sampai di Ngasem. Kami sempat melihat beberapa mahasiswa yang berfoto sana sini di Ngasem. Terlihat masih pemula dari cara mereka bergerak. Selalu bergerombol dan pakai kamera film SLR standar, Nikon FM-10. Cara mereka bicara dengan orang pun masih canggung.

"Mbak, saya difoto dong. Mau ga foto sama saya?" goda Aziz setelah kami mengambil motor.
Yang digoda cuma buang muka ke arah lain. Belum tahu dia kalau Aziz juga tukang foto dulu. Aku cuma tertawa melihat kegenitan Aziz. Somehow, underneath his horrifying look, he has a strange charm. Walaupun wajahnya gahar, rambutnya gondrong plus jenggot kambingnya, Aziz tetap mempesona beberapa wanita. Itulah Aziz.

Urusan perikanan sudah beres, celingukan sedikit ke dalam Pasar Ngasem dan coba mampir ke Taman Sari walaupun tutup. Nyasar dikit-dikit di antara Ngasem dan Taman Sari, lumayan bisa jadi pengalaman nanti. Sudah cukup capek hari ini, saatnya pulang, mandi, makan lagi, dan istirahat.

Ziz, tempat mana lagi yang mau kita samperin?

2:10 PM May 5th ‘07
Winamp muter : Arkarna - So Little Time

Friday, April 13, 2007

Thesisphobia

by A. Junaidy

Jadi mahasiswa, selain sebagian waktunya dihabisin di kampus, ngapain lagi coba? Ngelayap ke mana-mana. Semester awal masuk dengan baju yang rapi jali, kecuali bagi beberapa mahasiswa yg emang niatnya pengen keliatan jadi rebel atawa maverick alias mbeling yg biasanya suka pakai baju seenak udelnya sendiri. Rajin masuk kuliah, kecuali buat mahasiswa yang ngrasa sok pintar ato sok ga ada waktu buat kuliah. Rajin bikin tugas, kecuali buat mahasiswa yg mengklaim tugas dari dosen cuma pembodohan dan justifikasi kekuasaan dari seorang penguasa nilai (baca dosen). Ada mahasiswa yg pasang target di awal dgn IP mentok 4 (kalau skalanya 4), ada yg pasang target asal lulus. Masih banyak jg yg doyan nyontek, heran, nyontek itu sebenarnya kebutuhan atau hobi sih? Sampai kuliah ini kebiasaan sekolah masih dibawa. Bukannya munafik, pernah sih nyontek tp ya ga sehobi itu sih. (Pengakuan dosa: contekan terakhir dijalankan, ujian SPK. Hampir semua org di kelas gitu jg jd kayaknya malaikat bakalan repot catat sinner point nya. Inipun sebenarnya ga ada niat contek sebelum dikasih sama teman sebelah, pembelaan nih hehehe... Thanks to my comrade) Sampai nanti akhirnya datang jg waktu mesti KKN (cuma di kampus yg mesti jalanin KKN). Ada juga yg mesti KL (kuliah lapangan, biasanya mahasiswa eksakta) atau KP (kuliah praktek). Habis itu ada tugas akhir yg biasanya bentuknya skripsi.

Bicara skripsi, berarti sedikit banyak menyinggung nasibku yg sedang mengerjakan itu. Ngerjain skripsi sebenarnya sudah kepikiran dari semester 5, tp sampai sekarang (semester 10) ga ketemu tema apa yg mesti dijadikan bahan tulisan. Kalau ketemu org2 pasti dibego-begoin dah. "Buat apa ini bocah kuliah lama-lama tp belum jg kepikiran mau nulis skripsi apa." Bertahun-tahun kuliah belum kelihatan hasilnya, bahkan untuk menulis skripsi. Banyak org yg nanya, "Apa sih susahnya skripsi?" Jawabannya, "Gampang-gampang susah, susah-susah gampang." Banyak faktor yg menentukan kelancaran skripsi, baik dari internal diri sendiri atau eksternal. Internal, contohnya niat ngerjain skripsi mesti didukung kerajinan, disiplin, kemampuan otak, semuanya deh yg berhubungan ama diri sendiri. Kalau eksternal, itu terhitung tingkat kesulitan tema skripsi yg diambil, ketersediaan informasi, tingkat kooperasi dosen pembimbing, finansial masuk itungan ga ya? Ya itu lah.

Buatku sendiri, skripsi berarti tahap yg mesti dilewati sehabis kuliah metodologi penelitian. yang Pengalaman kuliah metopel ga seperti kebanyakan teman-teman yang lain. Ada yang cuma ambil sekali saja dan langsung lulus. Banyak jg yang mesti mengulang tapi paling cuma sekali dan langsung lulus. Buatku, untuk lulus metopel sekali atau dua kali ternyata ga cukup. Perlu lebih dari itu. Tahu berapa kali? Akhirnya baru lulus setelah mengulang 4 kali, 3 di semester reguler dan 1 di semester pendek. Fiuuuhh…Entah itu karena bego atau apa, yg jelas akhirnya lulus. Kumala Hadi 2 kali plus Syamsul Hadi jg 2 kali, akhirnya diluluskan Syamsul Hadi. Nilainya A/B. Gimana formasi nilai sebelumnya? E,E,E,A/B. Lega? Jelas, kan ga lucu semester 8 belum skripsi? (buat beberapa org yg suka liat aku frustrasi, inilah yg lucu). Belum lagi syarat Statistika 2 yg cuma dapat C-, padahal sudah mengulang 2 kali. Akhirnya yang ketiga lulus juga dengan nilai C. Ga apa-apa lah yg penting lulus. Kalau nanti transkrip nilai akhir dicetak pakai riwayat pengambilan mata kuliah, semua kolomku bakal terisi penuh. Kelihatan hampir semua mata kuliah pernah diambil ulang. Sebisa mungkin dokumen spt ini dirahasiakan. Let’s keep it confidential.

Dulu, pas zaman masih doyan kuliah, kepikiran ngerjain skripsi akuntansi yg berhubungan ama masalah saham. Makanya semester 2 coba-coba masuk ke KSPM (singkatannya Kelompok Studi Pasar Modal), pikiranku tar paling ga akses ke sana jd lebih enak aja kalau sudah kenal sama banyak org di pojok bursa. Eh taunya setelah nyemplung di sana, baru sadar ga ada bakat rajin di masalah saham. Usut punya usut, bisa jadi karena IP ku termasuk golongan marjin terbawah di KSPM yg ga nyambung ama masalah saham atau instrument investasi macem2 gitu lah. Wah ga nyambung lah, yg lain pd 3,5. Kok bisa ya pd waktu itu keterima di sana? Ck ck ck ck… Walaupun begitu aku masih berharap tar ada yg mau bantuin diriku dengan otak yg minimalis ini utk kerjain skripsi.

Tadinya mau ngumpulin skripsi yg sudah teruji dan disertifikasi A oleh para penguji, itung-itung bisa dapat inspirasi dari salah satunya. Tapi, tetap aja ga ada inspirasi soal ini. Menulis skripsi ternyata sama seperti nulis berita, it is based on reality situation. Walaupun ada juga anak-anak yang masih doyan rekayasa data buat skripsi. Ah whatever lah…ada banyak jalan biar skripsi lulus. Kita ga bs berharap pd inspirasi, alasan aja org yg lg mandeg skripsi nya bilang kalau ga ada inspirasi. Yang ada insprasinya kepake di tempat atau aktivitas lain. Contohnya, ngelayap, main game, pacaran, ato lg kerjain proyek lain lain. Ga percaya? Aku sendiri lg kehilangan perhatian sama skripsi gara-gara Pro Evolution Soccer 6 dan Battlefield 2. They’re too good to miss out.

Ciri-ciri org yg doyan game drpd ngerjain skripsi sih gampang diperhatiin. Biasanya lebih sering ngendon di kamar, krn kuliah nya cuma sesekali aja dalam seminggu. Perhatiin keyboardnya, kalau keyboardnya yg keliatan bulukan tombol A,S,D,W plus tombol kursor yakin lah org itu gamer. Apalagi kalau mouse nya sudah jelek & dakian pula. Amit-amit. Trus, yang keliatan berceceran di deket computer bukannya kertas, tp CD/DVD yg isinya game, film, master software (atau malahan bokep!!). Kalau menemukan ciri-ciri kamar ky gitu cpt keluar dan bersihkan dirimu pakai desinfektan. (Rozi, no offence bro, I don’t mention your room, though I am convinced it should be put in this category). Hueueueue…

Soal skripsi yg mandeg atau lag bin lelet alias lambret, jadi ingat zaman kita dulu chat pakai mIRC ada istilah lag, terus kita minta org ngukur lag kita pakai perintah "!ping me". Kalau responnya lelet computer teman kita pasti kasih saran ganti server sana gih. Begitu juga kalau skripsi lag, pasti ada juga yg kasih saran ganti dosen aja biar tar cocok. Kemarin sih sebenarnya sudah kepikiran, malah sudah ambil form. Tp kok jd ragu-ragu mau ganti dosen, ambil-ga-ambil-ga, belum lagi dosen pengganti yg mau aku switch itu sudah penuh kuota bimbingannya. Ada jg tmn yg bilang kalau dosen pembimbingku yg sekarang ada urusan ke luar negeri bulan Juli ini. What?! Wah…bisa berabe kalau dia jadi pergi ke luar negeri lama. Nasib daku gimana? Bulan Juli tinggal 6 bulan lagi!

Akhir-akhir ini jd sering PDKT sama anak angkatan 2003. Tujuannya bukan apa-apa? Biar ada dr mereka yg mau bantuin kerjain skripsi. Ada bbrp orang yg aku rasa potensial utk jd partner, ada Fatah hehehe…atau Rahma (kalau Rahma lg repot bgt jd kyknya susah). Tar diiming-imingi masuk bagian "credit & thanks to", plus other benefits kalau emang hasilnya memuaskan. Ga terkecuali temanku 1 kos yg jg bergelut dgn skripsinya minta bantuan anak ‘03 yg jd asdos. Padahal dia sudah dpt warisan skripsi dr ceweknya yg beres duluan kok ga jalan juga ya. Tinggal copy paste, baca referensi, modifkasi variabel dan data, konsultasi terus ajukan buat ujian, dan tinggal tunggu kapan tanggal ujian…heran kok masih muter-muter di situ aja ya. Tapi aku mesti fair kalau dia sudah sampai bab 3, daripada aku yg proposal saja belum keliatan bentuknya. Jangankan bentuknya, layar Microsoft Words buat ngetik proposal saja masih putih bersih. Bisa jadi dia jg heran lihat aku, "Ini org ternyata lebih lelet dr aku," pikirnya.

Banyak org yg sudah komplain betapa lemotnya respon ataupun kemampuanku. Papa dan Mama sudah bosan lihat semesterku yg jumlahnya sudah 2 digit (sorry Dad & Mom, I’m gonna make it up to you, soon). Teman-temanku sudah pada bosan lihat aku di kampus melulu (memangnya aku ga bosan apa ke kampus hampir tiap hari?). Dosen-dosen walaupun mereka ga ngomong di depanku tp mereka kadang-kadang nyindir jg mahasiswa yg masih gentayangan di kampus (aku yakin mereka pun jg bosan lihat kita). Teman Ekonomika yg komplain aku sering bikin masalah soal deadline, atau pernah jd most wanted di KSPM gara-gara nunggak kerjaan bikin buletin. Bahkan keyboard Yamaha ku pun jd rusak, mungkin gara-gara bosan tiap hari aku pencetin pas ga ada kerjaan di kos.

Ada teman, yang entah memang berniat menghibur atau kasih semangat, bilang "Aku salut Ned, aku aja bisa jd ga bakalan betah di kampus lama-lama ky kamu, tp kyknya kamu masih semangat, jaga semangat ya." Enak aja! Siapa yg betah di kampus? Me?" pikirku. Not it seems bro. Iya kalau di kampus kita digaji tiap bulan, iya kalau kita di kampus ada kerjaan selain kuliah yang ga bikin bosan. Kalau skripsi bisa diberesin cepat sih bakalan buruan cabut dari kampus, itu jg kalau ujian komprehensif lulus. Bismillah...moga-moga keduanya bisa beres cepat dan lancar. Ada yg mau bantuin beresin skripsiku?

*Winamp lg muter Tahta - Dasar Pengecut

She Walks in Beauty

She Walks in Beauty
by George Gordon, Lord Byron

She walks in beauty, like the night
Of cloudless climes and starry skies;
And all that's best of dark and bright
Meet in her aspect and her eyes:
Thus mellow'd to that tender light
Which heaven to gaudy day denies.

One shade the more, one ray the less,
Had half impair'd the nameless grace
Which waves in every raven tress,
Or softly lightens o'er her face;
Where thoughts serenely sweet express
How pure, how dear their dwelling-place.

And on that cheek, and o'er that brow,
So soft, so calm, yet eloquent,
The smiles that win, the tints that glow,
But tell of days in goodness spent,
A mind at peace with all below,
A heart whose love is innocent!

**********************************************

Be Someone

by A. Junaidy


open up your mind
mind that opened
means to accept others' mind
and to share what's inside to others

if "be yourself" leads to selfishness
why don't we try to "be someone"
someone who is meaningful to self,
and someone who is meaningful to others

I Shall Come to You

by A. Junaidy

here without you,
there is just fragrance of flowers, not yours
it is just another silhouette of tree that we planted days ago, not yours
it is the sound of whispering winds, not yours that i am longing for
it is me that is longing for you, when the setting sun throws a long shadow of mine

i wish you were here with me
so we can cast this silence, and the setting sun on the western horizon throws our long shadows
there would be you and me,

you and me, the two persons who won't run from sentences
two persons who stare into each others' eyes and recognize others' soul

what a pity me who forms those wishful thinking
you are not here...
maybe tommorow shall be days of joy
when I shall come to you, or is it you who shall do?

My Pretty Rose Tree

by A. Junaidy


William Blake (again)...couple time read this poem and try to know how Blake felt when he wrote this.

My Pretty Rose Tree
by William Blake

A flower was offered to me:
Such a flower as May never bore.
But I said "I've a Pretty Rose-tree",
And I passed the sweet flower o'er.

Then I went to my Pretty Rose-tree:
To tend her by day and by night.
But my Rose turn'd away with jealousy:
And her thorns were my only delight.


Per Te

by A. Junaidy

Sebenarnya ga terlalu suka sama Josh Groban tp lagu ini pas pertama terdengar unik karena pake bahasa Itali & setelah dibaca liriknya kok sentimentil. Weleh2...lagu opera ya begini lah. Belum pernah denger lagunya coba lah denger. Lagu opera yg cukup populer nadanya nih.

Per Te

*Josh Groban

Sento nell'aria il profumo di te
Piccoli sogni vissuti con me
Ora lo so
Non voglio perderti
Quella dolcezza così senza età
La tua bellezza rivali non ha
Il cuore mio vuole soltanto te

Per te, per te, vivrò
L'amore vincerà
Con te, con te, avrò
Mille giorni di felicità
Mille notti di serenità
Farò quello che mi chiederai
Andrò sempre dovunque tu andrai
Darò tutto l'amore che ho per te

Dimmi che tu già il futuro lo sai
Dimmi che questo non finirà mai
Senza di te non voglio esistere

Per te, per te, vivrò
L'amore vincerà
Con te, con te, avrò
Mille giorni di felicità
Mille notti di serenità
Farò quello che mi chiederai
Andrò sempre dovunque tu andrai
Darò tutto l'amore che ho per te

Non devo dirtelo or mai
Già lo sai
Che morirei senza di te

Per te, per te, vivrò
L'amore vincerà
Con te, con te, farò
Tutto quello che mi chiederai
Andrò sempre dovunque tu andrai
Darò tutto l'amore che ho per te

yg artinya

For You

*Josh Groban

I smell your scent in the air
Little dreams lived with me
Now I know
I don’t want to lose you
That ageless sweetness
Your beauty has no rival
My heart wants only you

For you, for you I’ll live
Love will win
With you, with you, I’ll have
A thousand happy days
A thousand peaceful nights
I will do anything you ask me to
I will go anywhere you go
I will give all the love I have for you

Tell me that you already know the future
Tell me that this will never end
Without you I don’t want to exist

For you, for you I’ll live
Love will win
With you, with you I’ll have
A thousand happy days
A thousand peaceful nights
I will do anything you ask me to
I will go anywhere you go
I will give all the love I have for you

I don’t have to tell you anymore
You already know
That I would die without you

For you, for you I’ll live
Love will win
With you, with you I’ll do
All that you ask me to
I will go everywhere that you go
I will give all the love I have for you

I Was vs. I Am

by A. Junaidy

injak-injak saja kepongahanku
ratakan dengan semua keinginanmu
lumat semua jumawaku
sampai terlilit kusut benang logika yang katanya bermutu
masukkan mata sinisku ke dalam tanur kepedulianmu
agar bisa kau dapatkan leburan bola mata yang kau mau

tapi...aku punya satu pertanyaan buatmu
mampukah dirimu untuk itu?

"sent by : then"
"to : now"

Happines

by A. Junaidy


happiness is affordable
it's not expensive
yet it's not cheap
it is a gift nothing can compare

(written in a well-shaped mood)

Tuesday, April 03, 2007

Depok Beach, The Fisherman Gathering Point

by A. Junaidy

Minggu, 1 April 2005. Sehari sebelumnya, Sabtu, tanggal merah. Hari Maulud Nabi. Hmm...tanggal merah berjejer yang sering diharapkan banyak orang yang sudah kerja atau selalu dapat kesibukan. Cuma berhubung jatuhnya Sabtu dan banyak kantor yang cuma buka buat 5 hari kerja jadi ga terlalu berpengaruh. Buat kami, inilah hari buat jalan. Tujuan hari ini, Pantai Depok.

Ada banyak nama Depok di dalam peta Indonesia. Aku pernah hinggap di Depok selatan Jakarta. Sekarang jadi mahasiswa di daerah Depok, Sleman, Jogja. Hari ini main ke Pantai Depok di selatan Jogja. Entah ada berapa banyak Depok yabg bisa disebutkan, kalau ada yang tahu silakan comment. Pantai Depok ada di selatan Jogja. Jaraknya sekitar 25 km dari Jogja, itu kalau lihat penunjuk jalan. Pantai Depok jadi salah pantai yang menyusun pesisir selatan Jogja, menghadap Samudera Hindia. Ada banyak pantai di Jogja, yang paling dikenal Parangtritis karena sering jadi tempat tujuan wisata. Pantai Baron, Krukup, Krakal, Parangkusumo, Depok dan masih ada beberapa lagi.

Masing-masing pantai punya daya tarik. Pantai Depok ada di bagian barat Parangkusumo. Parangtritis ada di sebelah timur Parangkusumo. Soal Parangkusumo nantilah ceritanya. Khusus di Pantai Depok, ada tempat pelelangan ikan. Di sinilah para nelayan yang baru pulang melaut menjual hasil tangkapannya. Ada yang menyebut tempat pelelangan, ada juga yang menyebutnya pasar ikan. Tempat ini mirip dengan Muara Karang di Jakarta. Ikan segar yang dijual dari tangkapan melaut ini bisa langsung kita beli dan minta dimasakkan di sana juga.

Menuju Depok, dari Jogja ikuti jalan ke arah Parangtritis sampai menjelang gerbang tiket masuk Parangtritis. Persis sebelum gerbang tiket utama, belok ke kanan. Masuk lokasi pantai Depok, bayar tiket dulu. Satu orang mesti bayar Rp 1.500, plus kalau naik motor Rp 500, naik mobil Rp 1500. Itu belum biaya asuransi Rp 300. Cuma selalu saja yang namanya tukang pungut Indonesia, mungutnya juga rada ngaco. Aku berboncengan motor dengan Aziz, seharusnya bayar Rp 3.700 (do the number by yourself). Eh dipungutnya Rp 4.000. Aziz sempat protes kok segitu, apa ga kemahalan. Si petugas bilang ini aturan baru, kita lihat di papan tarif seharusnya ga segitu. Seharusnya cuma Rp 3.700. Heleh-heleh. Percuma juga ngeyel gara-gara 300 perak. Biar yang catat itu semua Rakib dan Athid.

Setelah tiket masuk, apakah pungutan selesai di situ? Tentu tidak, nanti ada yang namanya biaya parkir. Motor Rp 2.000, mobil Rp 4.000 kalau hari libur. Dan seperti biasa juga tiket parkirnya sih ga bisa kita bawa pulang alias dipakai bolak-balik sama tukang parkirnya sampai lecek.

Masuk ke pinggir pantai, ada banyak warung yang menyediakan masakan hasil laut. Mulai dari ikan, kerang, kepiting, cumi-cumi dsb. Kalau mau gampang, masuk warung pesan makanan apa yang kita ingin makan, habis itu langsung makan. Atau kita beli ikan segar di pedagang-pedagang yang ada di sebelah barat pintu masuk, terus kita bawa ke warung untuk minta dimasakkan. Nanti kita bayar ongkos memasakkan. Sebaiknya, cara ini dipilih kalau kita ingin makan ikan atau hasil laut yang terkenal “eksotis” alias jarang-jarang ada. Kalau kita mau makan ikan tongkol, cumi, kakap, atau ikan-ikan pasaran sih sudah ada di warung, tinggal order masak, matang tinggal santap. Hasil laut yang dibilang eksotis itu seperti ikan pari, hiu (kecil), penyu, dan lain-lain. Kapan itu pernah coba makan ikan hiu (tapi kok kecil ya?). Ternyata rasanya eneg soalnya banyak minyak di dagingnya. Rasanya juga terbilang tawar hambar walaupun sudah dibumbui. Bukan bumbunya yang kurang kuat tapi memang karakter daging ikan hiu seperti ini, katanya lagi. Aku sendiri ga terlalu antusias buat makan hiu, beberapa cuil sudah cukup, pengen tahu rasanya saja.

Selepas makan, saatnya main ke pantai. Ritual standar lah, berfoto dengan berbagai pose yang ujung-ujungnya nanti nongol di album foto Friendster. And last but not least, someone must be dipped into the water. Saat “pencelupan”, biasanya dilakukan dengan paksa berhubung ga ada yang suka dicelupkan ke laut. Sebelum dicelup harus dipastikan barang-barang berharga sudah diamankan. HP, dompet, arloji atau yang lainnya. Korban kemarin, pertama Rahma yang dicelup bersama para pencelupnya, Danila dan Sani. Lalu, Vita dan terakhir Jon. Sisanya ga tertarik melibatkan diri dan menjauhi garis pantai. Akibat dicelup ke laut jelas ga enak. Air laut kan lengket seperti keringat. Belum lagi pasirnya yang masuk ke mana-mana. Kalau masuk ke kantong sih bisa ga masalah, tapi kalau masuk ke tempat yang sensitif itu sih perlu bilas total!! Mana ga bawa baju ganti lagi.

Kios-kios pedagang di bagian barat menawarkan berbagai jenis ikan. Ada yang masih segar, sudah digoreng atau dibakar. Ada yang dijual satuan ekor, seperti ikan-ika yang berukuran gede atau kiloan.

Ga ada yang spesial dari Pantai Depok selain pilihan hasil lautnya yang berlimpah. Kalau mau makan pun tempatnya juga sekedar tempat makan, bukan tempat yang nyaman buat leyeh-leyeh atau bersantai. Pemandangan laut nya pun standar, bahkan penuh kapal nelayan yang berjajar di bagian barat pantai. Ya karena di sana tempat mereka menjual ikan ke pengepul.

Angin pantai yang kencang di tengah terik matahari jadi modal utama penjual layang-layang. Di sana ga ada tempat berteduh selain di warung-warung. Inilah yang jadi masalah. Orang sebelum ataupun sesudah makan ingin melihat pantai, tidak cuma membaui udara dan aroma pantai saja di warung-warung. Fasilitas air bersih pun ga gampang didapat. Pantai Depok hanya menawarkan keragaman jenis ikan plus banyak warung yang spesialisasinya memasak ikan-ikan. Jadi acara yang nyambung sama pantai Depok sih cuma makan-makan.

Baru dua kali ke Pantai Depok, jadi perlu lebih sering ke sana buat nambah pengalaman soal ini pantai. Bisa jadi ikut melaut semalaman. Kenapa ga? Hmm... pegnen sih pengen tapi sepertinya sulit deh. Bukan karena nelayannya ga mau tapi karena aku ga bisa berenang dengan baik. Itu satu sebab. Kedua, laut selatan (Samudera Hindia) sudah terkenal sering bikin orang hilang lenyap ditelan lautan. Kalau mau nekat ikut, lihat kapalnya saja sudah bikin ga pede. Panjang kapal antara 5 – 7 meter, lebar cuma 1,5 meter plus cadik di kedua sisinya. Tinggi ombak laut selatan minimal 50 cm, maksimalnya tercatat 4 meter kalau lagi musim badai. Itu yang tercatat, yang ga tercatat bisa lebih tinggi lagi. Bayangkan, di tengah laut digoyang ombak yang tingginya setengah meter saja lah, satu ombak periodenya 10 detik (atau lebih cepat), berapa kali kita mesti naik turun gelombang kalau baru di laut 30 menit? Coba kalau semaman? You do the math. Hasilnya? Mabuk laut lah!

Kami balik ke Jogja setelah para korban pencelupan berbilas. Menjelang jam 3 sore, perut kami pun sebenarnya sudah lapar lagi. Kurang banyak makanannya hehehe...

4:10 AM 4/3/2007
Winamp is playing Dewa 19 – Satu Hati (Kita Semestinya)

Monday, March 26, 2007

Sorry for another delay

sorry for another delay... i'm having trouble with my last assignment on campus so i dont have much time to deal in customizing blog nor writing any...
so sorry...

Wednesday, March 21, 2007

Sorry for keeping you waiting

sorry 2 u all for keeping u waiting. i've been busy with my thesis so i haven't done my blog template yet. i hope this blog starts working on next week.

Monday, March 05, 2007

Simplified Thoughts About Her

by A. Junaidy

Elegant is her nature,
charming with gesture.
An adorable creature,
that I could hardly recognize failure.
Whose soul is beautiful, who always provides relieving cure.

World may lay the troubling distance.
Yet, I still could feel her presence,
by breathing the air filled with her fragrance,
and sensing her enchanting voice that keeps my world enhanced.
For her, I would sincerely save my last dance

* Finally, I have simplified my thoughts about you and written them down. My thoughts are not put in order, they are random. They are not complicated, yet sophisticated. I am awake and just realized how you have silently taken over my subconsciousness. It is just a matter of time you would deeply occupy my conscious and sanity. Whether you realize it or not, you have done that, CRV. May I be given the chance to play Brickman’s Angel Eyes for you, someday somehow.


Winamp is playing Jim Brickman – Angel Eyes