Friday, April 13, 2007

Thesisphobia

by A. Junaidy

Jadi mahasiswa, selain sebagian waktunya dihabisin di kampus, ngapain lagi coba? Ngelayap ke mana-mana. Semester awal masuk dengan baju yang rapi jali, kecuali bagi beberapa mahasiswa yg emang niatnya pengen keliatan jadi rebel atawa maverick alias mbeling yg biasanya suka pakai baju seenak udelnya sendiri. Rajin masuk kuliah, kecuali buat mahasiswa yang ngrasa sok pintar ato sok ga ada waktu buat kuliah. Rajin bikin tugas, kecuali buat mahasiswa yg mengklaim tugas dari dosen cuma pembodohan dan justifikasi kekuasaan dari seorang penguasa nilai (baca dosen). Ada mahasiswa yg pasang target di awal dgn IP mentok 4 (kalau skalanya 4), ada yg pasang target asal lulus. Masih banyak jg yg doyan nyontek, heran, nyontek itu sebenarnya kebutuhan atau hobi sih? Sampai kuliah ini kebiasaan sekolah masih dibawa. Bukannya munafik, pernah sih nyontek tp ya ga sehobi itu sih. (Pengakuan dosa: contekan terakhir dijalankan, ujian SPK. Hampir semua org di kelas gitu jg jd kayaknya malaikat bakalan repot catat sinner point nya. Inipun sebenarnya ga ada niat contek sebelum dikasih sama teman sebelah, pembelaan nih hehehe... Thanks to my comrade) Sampai nanti akhirnya datang jg waktu mesti KKN (cuma di kampus yg mesti jalanin KKN). Ada juga yg mesti KL (kuliah lapangan, biasanya mahasiswa eksakta) atau KP (kuliah praktek). Habis itu ada tugas akhir yg biasanya bentuknya skripsi.

Bicara skripsi, berarti sedikit banyak menyinggung nasibku yg sedang mengerjakan itu. Ngerjain skripsi sebenarnya sudah kepikiran dari semester 5, tp sampai sekarang (semester 10) ga ketemu tema apa yg mesti dijadikan bahan tulisan. Kalau ketemu org2 pasti dibego-begoin dah. "Buat apa ini bocah kuliah lama-lama tp belum jg kepikiran mau nulis skripsi apa." Bertahun-tahun kuliah belum kelihatan hasilnya, bahkan untuk menulis skripsi. Banyak org yg nanya, "Apa sih susahnya skripsi?" Jawabannya, "Gampang-gampang susah, susah-susah gampang." Banyak faktor yg menentukan kelancaran skripsi, baik dari internal diri sendiri atau eksternal. Internal, contohnya niat ngerjain skripsi mesti didukung kerajinan, disiplin, kemampuan otak, semuanya deh yg berhubungan ama diri sendiri. Kalau eksternal, itu terhitung tingkat kesulitan tema skripsi yg diambil, ketersediaan informasi, tingkat kooperasi dosen pembimbing, finansial masuk itungan ga ya? Ya itu lah.

Buatku sendiri, skripsi berarti tahap yg mesti dilewati sehabis kuliah metodologi penelitian. yang Pengalaman kuliah metopel ga seperti kebanyakan teman-teman yang lain. Ada yang cuma ambil sekali saja dan langsung lulus. Banyak jg yang mesti mengulang tapi paling cuma sekali dan langsung lulus. Buatku, untuk lulus metopel sekali atau dua kali ternyata ga cukup. Perlu lebih dari itu. Tahu berapa kali? Akhirnya baru lulus setelah mengulang 4 kali, 3 di semester reguler dan 1 di semester pendek. Fiuuuhh…Entah itu karena bego atau apa, yg jelas akhirnya lulus. Kumala Hadi 2 kali plus Syamsul Hadi jg 2 kali, akhirnya diluluskan Syamsul Hadi. Nilainya A/B. Gimana formasi nilai sebelumnya? E,E,E,A/B. Lega? Jelas, kan ga lucu semester 8 belum skripsi? (buat beberapa org yg suka liat aku frustrasi, inilah yg lucu). Belum lagi syarat Statistika 2 yg cuma dapat C-, padahal sudah mengulang 2 kali. Akhirnya yang ketiga lulus juga dengan nilai C. Ga apa-apa lah yg penting lulus. Kalau nanti transkrip nilai akhir dicetak pakai riwayat pengambilan mata kuliah, semua kolomku bakal terisi penuh. Kelihatan hampir semua mata kuliah pernah diambil ulang. Sebisa mungkin dokumen spt ini dirahasiakan. Let’s keep it confidential.

Dulu, pas zaman masih doyan kuliah, kepikiran ngerjain skripsi akuntansi yg berhubungan ama masalah saham. Makanya semester 2 coba-coba masuk ke KSPM (singkatannya Kelompok Studi Pasar Modal), pikiranku tar paling ga akses ke sana jd lebih enak aja kalau sudah kenal sama banyak org di pojok bursa. Eh taunya setelah nyemplung di sana, baru sadar ga ada bakat rajin di masalah saham. Usut punya usut, bisa jadi karena IP ku termasuk golongan marjin terbawah di KSPM yg ga nyambung ama masalah saham atau instrument investasi macem2 gitu lah. Wah ga nyambung lah, yg lain pd 3,5. Kok bisa ya pd waktu itu keterima di sana? Ck ck ck ck… Walaupun begitu aku masih berharap tar ada yg mau bantuin diriku dengan otak yg minimalis ini utk kerjain skripsi.

Tadinya mau ngumpulin skripsi yg sudah teruji dan disertifikasi A oleh para penguji, itung-itung bisa dapat inspirasi dari salah satunya. Tapi, tetap aja ga ada inspirasi soal ini. Menulis skripsi ternyata sama seperti nulis berita, it is based on reality situation. Walaupun ada juga anak-anak yang masih doyan rekayasa data buat skripsi. Ah whatever lah…ada banyak jalan biar skripsi lulus. Kita ga bs berharap pd inspirasi, alasan aja org yg lg mandeg skripsi nya bilang kalau ga ada inspirasi. Yang ada insprasinya kepake di tempat atau aktivitas lain. Contohnya, ngelayap, main game, pacaran, ato lg kerjain proyek lain lain. Ga percaya? Aku sendiri lg kehilangan perhatian sama skripsi gara-gara Pro Evolution Soccer 6 dan Battlefield 2. They’re too good to miss out.

Ciri-ciri org yg doyan game drpd ngerjain skripsi sih gampang diperhatiin. Biasanya lebih sering ngendon di kamar, krn kuliah nya cuma sesekali aja dalam seminggu. Perhatiin keyboardnya, kalau keyboardnya yg keliatan bulukan tombol A,S,D,W plus tombol kursor yakin lah org itu gamer. Apalagi kalau mouse nya sudah jelek & dakian pula. Amit-amit. Trus, yang keliatan berceceran di deket computer bukannya kertas, tp CD/DVD yg isinya game, film, master software (atau malahan bokep!!). Kalau menemukan ciri-ciri kamar ky gitu cpt keluar dan bersihkan dirimu pakai desinfektan. (Rozi, no offence bro, I don’t mention your room, though I am convinced it should be put in this category). Hueueueue…

Soal skripsi yg mandeg atau lag bin lelet alias lambret, jadi ingat zaman kita dulu chat pakai mIRC ada istilah lag, terus kita minta org ngukur lag kita pakai perintah "!ping me". Kalau responnya lelet computer teman kita pasti kasih saran ganti server sana gih. Begitu juga kalau skripsi lag, pasti ada juga yg kasih saran ganti dosen aja biar tar cocok. Kemarin sih sebenarnya sudah kepikiran, malah sudah ambil form. Tp kok jd ragu-ragu mau ganti dosen, ambil-ga-ambil-ga, belum lagi dosen pengganti yg mau aku switch itu sudah penuh kuota bimbingannya. Ada jg tmn yg bilang kalau dosen pembimbingku yg sekarang ada urusan ke luar negeri bulan Juli ini. What?! Wah…bisa berabe kalau dia jadi pergi ke luar negeri lama. Nasib daku gimana? Bulan Juli tinggal 6 bulan lagi!

Akhir-akhir ini jd sering PDKT sama anak angkatan 2003. Tujuannya bukan apa-apa? Biar ada dr mereka yg mau bantuin kerjain skripsi. Ada bbrp orang yg aku rasa potensial utk jd partner, ada Fatah hehehe…atau Rahma (kalau Rahma lg repot bgt jd kyknya susah). Tar diiming-imingi masuk bagian "credit & thanks to", plus other benefits kalau emang hasilnya memuaskan. Ga terkecuali temanku 1 kos yg jg bergelut dgn skripsinya minta bantuan anak ‘03 yg jd asdos. Padahal dia sudah dpt warisan skripsi dr ceweknya yg beres duluan kok ga jalan juga ya. Tinggal copy paste, baca referensi, modifkasi variabel dan data, konsultasi terus ajukan buat ujian, dan tinggal tunggu kapan tanggal ujian…heran kok masih muter-muter di situ aja ya. Tapi aku mesti fair kalau dia sudah sampai bab 3, daripada aku yg proposal saja belum keliatan bentuknya. Jangankan bentuknya, layar Microsoft Words buat ngetik proposal saja masih putih bersih. Bisa jadi dia jg heran lihat aku, "Ini org ternyata lebih lelet dr aku," pikirnya.

Banyak org yg sudah komplain betapa lemotnya respon ataupun kemampuanku. Papa dan Mama sudah bosan lihat semesterku yg jumlahnya sudah 2 digit (sorry Dad & Mom, I’m gonna make it up to you, soon). Teman-temanku sudah pada bosan lihat aku di kampus melulu (memangnya aku ga bosan apa ke kampus hampir tiap hari?). Dosen-dosen walaupun mereka ga ngomong di depanku tp mereka kadang-kadang nyindir jg mahasiswa yg masih gentayangan di kampus (aku yakin mereka pun jg bosan lihat kita). Teman Ekonomika yg komplain aku sering bikin masalah soal deadline, atau pernah jd most wanted di KSPM gara-gara nunggak kerjaan bikin buletin. Bahkan keyboard Yamaha ku pun jd rusak, mungkin gara-gara bosan tiap hari aku pencetin pas ga ada kerjaan di kos.

Ada teman, yang entah memang berniat menghibur atau kasih semangat, bilang "Aku salut Ned, aku aja bisa jd ga bakalan betah di kampus lama-lama ky kamu, tp kyknya kamu masih semangat, jaga semangat ya." Enak aja! Siapa yg betah di kampus? Me?" pikirku. Not it seems bro. Iya kalau di kampus kita digaji tiap bulan, iya kalau kita di kampus ada kerjaan selain kuliah yang ga bikin bosan. Kalau skripsi bisa diberesin cepat sih bakalan buruan cabut dari kampus, itu jg kalau ujian komprehensif lulus. Bismillah...moga-moga keduanya bisa beres cepat dan lancar. Ada yg mau bantuin beresin skripsiku?

*Winamp lg muter Tahta - Dasar Pengecut

She Walks in Beauty

She Walks in Beauty
by George Gordon, Lord Byron

She walks in beauty, like the night
Of cloudless climes and starry skies;
And all that's best of dark and bright
Meet in her aspect and her eyes:
Thus mellow'd to that tender light
Which heaven to gaudy day denies.

One shade the more, one ray the less,
Had half impair'd the nameless grace
Which waves in every raven tress,
Or softly lightens o'er her face;
Where thoughts serenely sweet express
How pure, how dear their dwelling-place.

And on that cheek, and o'er that brow,
So soft, so calm, yet eloquent,
The smiles that win, the tints that glow,
But tell of days in goodness spent,
A mind at peace with all below,
A heart whose love is innocent!

**********************************************

Be Someone

by A. Junaidy


open up your mind
mind that opened
means to accept others' mind
and to share what's inside to others

if "be yourself" leads to selfishness
why don't we try to "be someone"
someone who is meaningful to self,
and someone who is meaningful to others

I Shall Come to You

by A. Junaidy

here without you,
there is just fragrance of flowers, not yours
it is just another silhouette of tree that we planted days ago, not yours
it is the sound of whispering winds, not yours that i am longing for
it is me that is longing for you, when the setting sun throws a long shadow of mine

i wish you were here with me
so we can cast this silence, and the setting sun on the western horizon throws our long shadows
there would be you and me,

you and me, the two persons who won't run from sentences
two persons who stare into each others' eyes and recognize others' soul

what a pity me who forms those wishful thinking
you are not here...
maybe tommorow shall be days of joy
when I shall come to you, or is it you who shall do?

My Pretty Rose Tree

by A. Junaidy


William Blake (again)...couple time read this poem and try to know how Blake felt when he wrote this.

My Pretty Rose Tree
by William Blake

A flower was offered to me:
Such a flower as May never bore.
But I said "I've a Pretty Rose-tree",
And I passed the sweet flower o'er.

Then I went to my Pretty Rose-tree:
To tend her by day and by night.
But my Rose turn'd away with jealousy:
And her thorns were my only delight.


Per Te

by A. Junaidy

Sebenarnya ga terlalu suka sama Josh Groban tp lagu ini pas pertama terdengar unik karena pake bahasa Itali & setelah dibaca liriknya kok sentimentil. Weleh2...lagu opera ya begini lah. Belum pernah denger lagunya coba lah denger. Lagu opera yg cukup populer nadanya nih.

Per Te

*Josh Groban

Sento nell'aria il profumo di te
Piccoli sogni vissuti con me
Ora lo so
Non voglio perderti
Quella dolcezza così senza età
La tua bellezza rivali non ha
Il cuore mio vuole soltanto te

Per te, per te, vivrò
L'amore vincerà
Con te, con te, avrò
Mille giorni di felicità
Mille notti di serenità
Farò quello che mi chiederai
Andrò sempre dovunque tu andrai
Darò tutto l'amore che ho per te

Dimmi che tu già il futuro lo sai
Dimmi che questo non finirà mai
Senza di te non voglio esistere

Per te, per te, vivrò
L'amore vincerà
Con te, con te, avrò
Mille giorni di felicità
Mille notti di serenità
Farò quello che mi chiederai
Andrò sempre dovunque tu andrai
Darò tutto l'amore che ho per te

Non devo dirtelo or mai
Già lo sai
Che morirei senza di te

Per te, per te, vivrò
L'amore vincerà
Con te, con te, farò
Tutto quello che mi chiederai
Andrò sempre dovunque tu andrai
Darò tutto l'amore che ho per te

yg artinya

For You

*Josh Groban

I smell your scent in the air
Little dreams lived with me
Now I know
I don’t want to lose you
That ageless sweetness
Your beauty has no rival
My heart wants only you

For you, for you I’ll live
Love will win
With you, with you, I’ll have
A thousand happy days
A thousand peaceful nights
I will do anything you ask me to
I will go anywhere you go
I will give all the love I have for you

Tell me that you already know the future
Tell me that this will never end
Without you I don’t want to exist

For you, for you I’ll live
Love will win
With you, with you I’ll have
A thousand happy days
A thousand peaceful nights
I will do anything you ask me to
I will go anywhere you go
I will give all the love I have for you

I don’t have to tell you anymore
You already know
That I would die without you

For you, for you I’ll live
Love will win
With you, with you I’ll do
All that you ask me to
I will go everywhere that you go
I will give all the love I have for you

I Was vs. I Am

by A. Junaidy

injak-injak saja kepongahanku
ratakan dengan semua keinginanmu
lumat semua jumawaku
sampai terlilit kusut benang logika yang katanya bermutu
masukkan mata sinisku ke dalam tanur kepedulianmu
agar bisa kau dapatkan leburan bola mata yang kau mau

tapi...aku punya satu pertanyaan buatmu
mampukah dirimu untuk itu?

"sent by : then"
"to : now"

Happines

by A. Junaidy


happiness is affordable
it's not expensive
yet it's not cheap
it is a gift nothing can compare

(written in a well-shaped mood)

Tuesday, April 03, 2007

Depok Beach, The Fisherman Gathering Point

by A. Junaidy

Minggu, 1 April 2005. Sehari sebelumnya, Sabtu, tanggal merah. Hari Maulud Nabi. Hmm...tanggal merah berjejer yang sering diharapkan banyak orang yang sudah kerja atau selalu dapat kesibukan. Cuma berhubung jatuhnya Sabtu dan banyak kantor yang cuma buka buat 5 hari kerja jadi ga terlalu berpengaruh. Buat kami, inilah hari buat jalan. Tujuan hari ini, Pantai Depok.

Ada banyak nama Depok di dalam peta Indonesia. Aku pernah hinggap di Depok selatan Jakarta. Sekarang jadi mahasiswa di daerah Depok, Sleman, Jogja. Hari ini main ke Pantai Depok di selatan Jogja. Entah ada berapa banyak Depok yabg bisa disebutkan, kalau ada yang tahu silakan comment. Pantai Depok ada di selatan Jogja. Jaraknya sekitar 25 km dari Jogja, itu kalau lihat penunjuk jalan. Pantai Depok jadi salah pantai yang menyusun pesisir selatan Jogja, menghadap Samudera Hindia. Ada banyak pantai di Jogja, yang paling dikenal Parangtritis karena sering jadi tempat tujuan wisata. Pantai Baron, Krukup, Krakal, Parangkusumo, Depok dan masih ada beberapa lagi.

Masing-masing pantai punya daya tarik. Pantai Depok ada di bagian barat Parangkusumo. Parangtritis ada di sebelah timur Parangkusumo. Soal Parangkusumo nantilah ceritanya. Khusus di Pantai Depok, ada tempat pelelangan ikan. Di sinilah para nelayan yang baru pulang melaut menjual hasil tangkapannya. Ada yang menyebut tempat pelelangan, ada juga yang menyebutnya pasar ikan. Tempat ini mirip dengan Muara Karang di Jakarta. Ikan segar yang dijual dari tangkapan melaut ini bisa langsung kita beli dan minta dimasakkan di sana juga.

Menuju Depok, dari Jogja ikuti jalan ke arah Parangtritis sampai menjelang gerbang tiket masuk Parangtritis. Persis sebelum gerbang tiket utama, belok ke kanan. Masuk lokasi pantai Depok, bayar tiket dulu. Satu orang mesti bayar Rp 1.500, plus kalau naik motor Rp 500, naik mobil Rp 1500. Itu belum biaya asuransi Rp 300. Cuma selalu saja yang namanya tukang pungut Indonesia, mungutnya juga rada ngaco. Aku berboncengan motor dengan Aziz, seharusnya bayar Rp 3.700 (do the number by yourself). Eh dipungutnya Rp 4.000. Aziz sempat protes kok segitu, apa ga kemahalan. Si petugas bilang ini aturan baru, kita lihat di papan tarif seharusnya ga segitu. Seharusnya cuma Rp 3.700. Heleh-heleh. Percuma juga ngeyel gara-gara 300 perak. Biar yang catat itu semua Rakib dan Athid.

Setelah tiket masuk, apakah pungutan selesai di situ? Tentu tidak, nanti ada yang namanya biaya parkir. Motor Rp 2.000, mobil Rp 4.000 kalau hari libur. Dan seperti biasa juga tiket parkirnya sih ga bisa kita bawa pulang alias dipakai bolak-balik sama tukang parkirnya sampai lecek.

Masuk ke pinggir pantai, ada banyak warung yang menyediakan masakan hasil laut. Mulai dari ikan, kerang, kepiting, cumi-cumi dsb. Kalau mau gampang, masuk warung pesan makanan apa yang kita ingin makan, habis itu langsung makan. Atau kita beli ikan segar di pedagang-pedagang yang ada di sebelah barat pintu masuk, terus kita bawa ke warung untuk minta dimasakkan. Nanti kita bayar ongkos memasakkan. Sebaiknya, cara ini dipilih kalau kita ingin makan ikan atau hasil laut yang terkenal “eksotis” alias jarang-jarang ada. Kalau kita mau makan ikan tongkol, cumi, kakap, atau ikan-ikan pasaran sih sudah ada di warung, tinggal order masak, matang tinggal santap. Hasil laut yang dibilang eksotis itu seperti ikan pari, hiu (kecil), penyu, dan lain-lain. Kapan itu pernah coba makan ikan hiu (tapi kok kecil ya?). Ternyata rasanya eneg soalnya banyak minyak di dagingnya. Rasanya juga terbilang tawar hambar walaupun sudah dibumbui. Bukan bumbunya yang kurang kuat tapi memang karakter daging ikan hiu seperti ini, katanya lagi. Aku sendiri ga terlalu antusias buat makan hiu, beberapa cuil sudah cukup, pengen tahu rasanya saja.

Selepas makan, saatnya main ke pantai. Ritual standar lah, berfoto dengan berbagai pose yang ujung-ujungnya nanti nongol di album foto Friendster. And last but not least, someone must be dipped into the water. Saat “pencelupan”, biasanya dilakukan dengan paksa berhubung ga ada yang suka dicelupkan ke laut. Sebelum dicelup harus dipastikan barang-barang berharga sudah diamankan. HP, dompet, arloji atau yang lainnya. Korban kemarin, pertama Rahma yang dicelup bersama para pencelupnya, Danila dan Sani. Lalu, Vita dan terakhir Jon. Sisanya ga tertarik melibatkan diri dan menjauhi garis pantai. Akibat dicelup ke laut jelas ga enak. Air laut kan lengket seperti keringat. Belum lagi pasirnya yang masuk ke mana-mana. Kalau masuk ke kantong sih bisa ga masalah, tapi kalau masuk ke tempat yang sensitif itu sih perlu bilas total!! Mana ga bawa baju ganti lagi.

Kios-kios pedagang di bagian barat menawarkan berbagai jenis ikan. Ada yang masih segar, sudah digoreng atau dibakar. Ada yang dijual satuan ekor, seperti ikan-ika yang berukuran gede atau kiloan.

Ga ada yang spesial dari Pantai Depok selain pilihan hasil lautnya yang berlimpah. Kalau mau makan pun tempatnya juga sekedar tempat makan, bukan tempat yang nyaman buat leyeh-leyeh atau bersantai. Pemandangan laut nya pun standar, bahkan penuh kapal nelayan yang berjajar di bagian barat pantai. Ya karena di sana tempat mereka menjual ikan ke pengepul.

Angin pantai yang kencang di tengah terik matahari jadi modal utama penjual layang-layang. Di sana ga ada tempat berteduh selain di warung-warung. Inilah yang jadi masalah. Orang sebelum ataupun sesudah makan ingin melihat pantai, tidak cuma membaui udara dan aroma pantai saja di warung-warung. Fasilitas air bersih pun ga gampang didapat. Pantai Depok hanya menawarkan keragaman jenis ikan plus banyak warung yang spesialisasinya memasak ikan-ikan. Jadi acara yang nyambung sama pantai Depok sih cuma makan-makan.

Baru dua kali ke Pantai Depok, jadi perlu lebih sering ke sana buat nambah pengalaman soal ini pantai. Bisa jadi ikut melaut semalaman. Kenapa ga? Hmm... pegnen sih pengen tapi sepertinya sulit deh. Bukan karena nelayannya ga mau tapi karena aku ga bisa berenang dengan baik. Itu satu sebab. Kedua, laut selatan (Samudera Hindia) sudah terkenal sering bikin orang hilang lenyap ditelan lautan. Kalau mau nekat ikut, lihat kapalnya saja sudah bikin ga pede. Panjang kapal antara 5 – 7 meter, lebar cuma 1,5 meter plus cadik di kedua sisinya. Tinggi ombak laut selatan minimal 50 cm, maksimalnya tercatat 4 meter kalau lagi musim badai. Itu yang tercatat, yang ga tercatat bisa lebih tinggi lagi. Bayangkan, di tengah laut digoyang ombak yang tingginya setengah meter saja lah, satu ombak periodenya 10 detik (atau lebih cepat), berapa kali kita mesti naik turun gelombang kalau baru di laut 30 menit? Coba kalau semaman? You do the math. Hasilnya? Mabuk laut lah!

Kami balik ke Jogja setelah para korban pencelupan berbilas. Menjelang jam 3 sore, perut kami pun sebenarnya sudah lapar lagi. Kurang banyak makanannya hehehe...

4:10 AM 4/3/2007
Winamp is playing Dewa 19 – Satu Hati (Kita Semestinya)